Ilmuan Ciptakan Laser untuk Mendeteksi dan Melenyapkan Sel Kanker
Para ilmuwan telah menciptakan sebuah teknologi pintar yang dapat mendeteksi dan menghancurkan sel tumor yang ada di tubuh kita. Dengan teknologi ini memungkinkan para dokter dengan cepat memindai darah pasien tanpa mengambilnya untuk diuji di laboratorium.
Kanker merupakan momok yang mengerikan bagi semua orang. Kanker di Indonesia menempati peringkat ketiga penyakit penyebab kematian setelah penyakit kardiovaskuler dan masalah maternal, perinatal dan nutrisi (WHO, 2013).
Salah satu metode yang biasanya digunakan untuk mendeteksi sel tumor di Indonesia yaitu PET scan (Positron Emission Tomography). Metode ini menggunakan alat pemancar sinar radiasi yang bisa mendeteksi aktivitas sekecil apapun dalam tubuh manusia, bahkan tingkat sel sekalipun.
PET scan mendeteksi sinar radiasi yang dikeluarkan oleh zat radiotracer. Zat yang biasa digunakan adalah fluorodeoxyglucose (FDG), yang mirip dengan glukosa. Zat radiotracer ini akan disuntikkan ke dalam tubuh melalui pemburuh darah vena. Kemudian zat ini akan diserap oleh jaringan dan organ tubuh.
Namun, pendeteksian menggunakan metode ini dinilai kurang efektif dan tepat karena kita harus tahu terlebih dahulu letak dimana sel tumor tumbuh. Setelah diketahui baru diinjeksikan Zat radiotracer dan di deteksi aktivitas sel-selnya.
Untuk mengatasinya, tim peneliti University of Arkansas for Medical Science (UAMS) kemudian menciptakan sistem yang mereka sebut dengan 'Cytophone'. Sistem ini dapat mendeteksi sirkulasi sel tumor (CTC) di aliran darah juga dapat melenyapkannya pada saat bersamaan.
CTC harus segera dilenyapkan karena cepat berkembang dan menimbulkan kanker ganas. Cytophone mendeteksi CTC dan merespons mereka dengan cepat untuk menghentikan atau setidaknya menghambat penyebaran sel kanker. Laser ini menghilangkan sel kanker dengan cara meledakkan sel-sel ini.
Dipimpin oleh Dr Vladimir Zharov, tim mengemukakan bahwa perangkatnya ini 1000 kali lebih sensitif dibandingkan metode lainnya. Cytophone dapat memonitori seluruh pasokan lima liter darah seseorang dan menemukan setiap CTC di dalamnya. Untuk mendeteksi CTC alat ini hanya memerlukan waktu 10 detik.
Studi awal dilakukan dengan mencoba mendeteksi pada pasien penderita melanoma. Cytophone dapat mendeteksi segala macam sel kanker mulai sel kanker berpigmen hingga sel kanker tak berpigmen.
Sumber: Hellosehat.Com |
Salah satu metode yang biasanya digunakan untuk mendeteksi sel tumor di Indonesia yaitu PET scan (Positron Emission Tomography). Metode ini menggunakan alat pemancar sinar radiasi yang bisa mendeteksi aktivitas sekecil apapun dalam tubuh manusia, bahkan tingkat sel sekalipun.
PET scan mendeteksi sinar radiasi yang dikeluarkan oleh zat radiotracer. Zat yang biasa digunakan adalah fluorodeoxyglucose (FDG), yang mirip dengan glukosa. Zat radiotracer ini akan disuntikkan ke dalam tubuh melalui pemburuh darah vena. Kemudian zat ini akan diserap oleh jaringan dan organ tubuh.
Namun, pendeteksian menggunakan metode ini dinilai kurang efektif dan tepat karena kita harus tahu terlebih dahulu letak dimana sel tumor tumbuh. Setelah diketahui baru diinjeksikan Zat radiotracer dan di deteksi aktivitas sel-selnya.
Untuk mengatasinya, tim peneliti University of Arkansas for Medical Science (UAMS) kemudian menciptakan sistem yang mereka sebut dengan 'Cytophone'. Sistem ini dapat mendeteksi sirkulasi sel tumor (CTC) di aliran darah juga dapat melenyapkannya pada saat bersamaan.
CTC harus segera dilenyapkan karena cepat berkembang dan menimbulkan kanker ganas. Cytophone mendeteksi CTC dan merespons mereka dengan cepat untuk menghentikan atau setidaknya menghambat penyebaran sel kanker. Laser ini menghilangkan sel kanker dengan cara meledakkan sel-sel ini.
Sumber: Newatlas.Com |
Sumber: The Independent |
Tim UAMS kini masih berusaha untuk menyempurnakan alat ini dan mengembangkan menjadi alat sederhana, portabel dan dapat dipakai menggunakan laser yang lebih kecil sehingga dapat didistribusikan ke klinik-klinik di seluruh dunia. Jadi tidak sabar menantikan teknologi canggih ini hadir di Indonesia.
Penelitian ini dijelaskan dalam makalah yang diterbitkan minggu ini di jurnal Science Transtalional Medicine
Source : nationalgeographic.grid.id
Wahhh canggih banget ya, semoga saja Indonesia juga bisa punya alat seperti itu nantinya. Semoga ilmuwan yang terlibat bisa cepat menyempurnakan alat tersebut.
ReplyDeleteamiin kak jadinya teknologi kesehatan di indonesia semakin maju dan lengkap sehingga kualitas kesehatan masyarakat juga bisa semakin terjamin.
DeleteMakin canggih aja, semoga bisa cepat di pasarkan terutama di Indonesia agar dapat menekan angka penderita kanker di Indonesia yang terbilang banyak
ReplyDelete